Penghawaan Alami
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya yang
dilimpahkan kepada kami sehingga draft ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini
penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
pada kesempatan ini sangat diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dari berbagai pihak, semoga draft ini bermanfaat.
Denpasar, 9
September 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Draft ini dibuat
berdasarkan penugasan presentasi yang membahas penghawaan alami pada mata
kuliah Sains Bangunan dan Untilitas . Dalam draft ini penulis membahas
materi-materi tentang pengertian penghawaan alami, jenis dan juga sistem
penghawaan alami. Pembahasan pun akan berkisar tentang apa saja jenis
penghawaan alami, sistem dan cara kerjanya dan juga kapasitas yang dapat dimuat
dari sistem penghawaan alami tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang
diatas, maka beberapa rumusan masalah yang dapat diangkat adalah :
1.2.1 Apa saja yang jenis penghawaan alami?
1.2.2 Bagaimana
sajakah cara memaksimalkan penggunaan penghawaan alami yang ada?
1.2.3 Bagaimanakah
cara kerja penghawaan alami yang ada?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari pembuatan draft ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui apa saja yang jenis penghawaan
alami.
1.3.2 Untuk mengetahui cara memaksimalkan
penghawaan alami yang ada.
1.3.3 Untuk mengetahui cara kerja penghawaan
alami yang ada
1.4. Manfaat
Manfaat yang didapat
didalam pembuatan draft ini adalah:
1.4.1 Penulis
dapat mengetahui apa saja jenis penghawaan alami.
1.4.2 Penulis
dapat mengetahui Bahan Penutup lantai yang manakah yang tepat untuk digunakan.
1.4.3 Penulis
dapat mengetahui cara kerja dari penghawaan almi yang ada.
1.5.
Sistematika Pembahasan
Dalam draft ini,
penulis menjabarkan materi dari pengertian penghawaan alami, jenis penghawaan
alami, cara kerja dan juga cara memaksimalkan penghawaan alami yang ada dalam
bab II.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Penghawaan alami atau ventilasi
alami adalah proses pertukaran udara di dalam bangunan melalui bantuan
elemen-elemen bangunan yang terbuka.
Sirkulasi udara yang baik di dalam bangunan dapat memberikan
kenyamanan. Aliran udara dapat mempercepat proses penguapan di permukaan kulit
sehingga dapat memnerikan kesejukan bagi penghuni bangunan.
Pada dasarnya penghawaan alami di dalam bangunan merupakan jaminan
akan adanya aliran udara yang baik dan sehat dengan kesejukan yang sewajarnya.
Untuk mendapatkan penghawaan yang baik perlu dirancang bentuk, elemen dan
detail arsitektur yang bertujuan mengoptimalkan aliran udara sejuk.
Pertimbangan utama dalam perancangan optimalisasi penghawaan alami adalah
dengan menganalisis datangnya arah angin.
Secara umum angin memiliki arah yang dipengaruhi iklim makro. Sebagai contoh di wilayah
Indonesia angin dalam iklim makro megalir dari arah Tenggara ke Barat Daya.
Namun demikian iklim mikro yang dipengaruhi cuaca dan bentuk-bentuk di sekitar
bangunan akan lebih mempengaruhi aliran angin tersebut. Ada teori penataan masa
bangunan yang di buat berselang-seling hingga aliran angin dapat lebih lancar
tanpa tertutupi salah satu bangunan. Bentuk lain dari pengelolaan lingkungan
sekitar bangunan adalah rancangan tangkapan angin dengan masa bangunan yang
menyudut hingga mengarahkan angin lebih keras.
Untuk penataan ruang dalam bangunan juga dapat diatur hingga ada
aliran angin dari lokasi ruang yang dingin menuju ke lokasi ruang lain yang
panas. Hal ini perlu
dipahami dengan ilmu fisika yang menetapkan bahwa udara akan mengalir dari
tempat bertekanan rendah pada suhu yang dingin menuju tempat bertekanan tinggi
pada suhu yang panas. Jika dalam satu bangunan terdapat ruang panas dibagian
atap, sedang ruang dingin di bagian bawah yang terteduhi pohon atau
terdinginkan dengan kolam, maka perlu diatur ruang-ruang diantaranya sehingga
menjadi penghubung dua lokasi ruang yang berbeda tekanan dan suhu tersebut.
Ruang-ruang antara ini seayaknya memiliki bukaan atau dibuat dengan partisi
yang tidak memenuhi dinding sehingga dapat mengalirkan angin.
Dalam kasus tertentu arah angin dapat sejajar dengan dinding, oleh
karenanya perlu rancangan detail arsitektur agar membentuk bukaan yang mampu
menangkap arah angin tersebut. Sirip-sirip yang diletakkan vertikal di samping jendela akan
dengan mudah menangkap angin dan mengalirkannya ke dalam ruang hingga tercapai
kesejukan. Dalam satu ruang minimal perlu
diletakkan dua jendela dalam posisi yang berjauhan agar terjadi ventilasi
silang (cross ventilation).
Perlu diwaspadai pula bahwa angin ini terkadang membawa debu.
Lingkungan luar yang
penuh dengan perkerasan atau terbuka dengan penutup tanah/pasir berpotensi menerbangkan
debu hingga terbawa angin masuk ke dalam bangunan. Untuk mengantisipasi
selayaknya di sekeliling bangunan banyak ditanam pepohonan dan rumput sebagai
filter debu sekaligus pendingin suhu. Rumput dan tanaman perdu yang terkena
debu akan bersih ketika terjadi penyiraman pada dedaunan dan membawa kotoran
jatuh ke dalam tanah
Angin yaitu udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi
dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara(tekanan tinggi ke tekanan
rendah) di sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan
tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang
tinggi.
Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi
lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena
udaranya berkurang. Udara dingin disekitarnya mengalir ke tempat yang
bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah.
Diatas tanah udara menjadi penas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara
panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan
suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan
besarnya energi panas
matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang
menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih
panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan tekanan
udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan
daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan
terjadi aliran udara pada wilayah tersebut.
2.2. Hal-hal yang sangat
berkaitan dengan penghawaan alami
1. Pencahayaan
Yaitu kebutuhan
penerangan pada suatu ruang yang kita buat, terutama untuk pemanfaatan
penerangan dari cahaya alami, karena berhubungan dengan pembukaan.
2. Kelembaban
Yaitu banyaknya uap
air pada udara dalam ruangan.
3. Luas bukaan
Bukaan pada ruangan yang
memungkinkan adanya pergantian udara, dan masuknya cahaya. Bukaan dapat berupa
pintu, jendela, jalusi, lubang angin atau lostos atau lupangan, dan
lubang-lubang lain yang mungkin ada pada suatu ruangan.
2.3. Hal yang biasa
diperhatikan mengoptimalkan pengkondisian penghawaan
a. Orientasi Bangunan.
Radiasi matahari adalah
penyebab utama tingginya suhu di dalam rumah. Sebisa mungkin hindari banyak
bukaan di arah timur dan barat. Apabila tidak bisa dihindari, bisa diupayakan
adanya barrier terhadap radiasi panas matahari, terutama
matahari sore di arah barat. Barrier bisa berupa tanaman atau vegetasi, atau
elemen bangunan berupa sun shading. Sun shading berupa elemen vertikal (sirip)
atau elemen horizontal (topi-topi/over hang).
b. Perbanyak bukaan.
Bukaan atau ventilasi
udara yang dianjurkan adalah paling tidak sebesar 15% dari luas lantai bangunan.
c. Atur letak bukaan.
Ventilasi udara haruslah
berada di kedua sisi bangunan atau ruangan. Tidak akan banyak manfaatnya
apabila bukaan hanya berada di salah satu sisi bangunan. Udara luar tidak akan bisa masuk ke
dalam rumah bila tidak ada lubang yang lain untuk jalan keluar udara. Jadi, harus dihindari
memanfaatkan seluruh kavling hingga ke belakang. Sisakan sedikit bagian kavling
di belakang rumah yang terbuka hingga ke atas, supaya terjadi ventilasi silang.
Dalam satu ruangan pun, sebaiknya, jendela/bukaan tidak berada pada sisi yang
sama. Misalkan suatu bidang dinding mempunyai jendela di sisi sebelah kiri,
sebaiknya bidang dinding yang berseberangan mempunyai jendela di sisi kanan.
Dengan konfigurasi seperti ini, diharapkan seluruh bagian rumah/ ruangan akan
tersentuh oleh aliran udara.
2.4. Jenis penghawaan alami
a. Cross Ventilation System
Cross Ventilation System (CVS) atau yang biasa disebut sistem
ventilasi silang dapat dilakukan dengan meletakkan dua buah jendela atau bukaan
di kedua sisi ruangan. Ventilasi ini dapat diletakkan diberbagai tempat
bangunan, seperti di atas jendela dan pintu yang berrfungsi mengalirkan udara
di tengah ruangan, diatap (contoh ventilasi pada plafon memberikan ruang agar
udara panas dari dalam bangunan dapat keluar sehingga aliran udara segar dalam
ruangan lancar) serta ventilasi bawah yang berfungsi memberikan pasokan udara
lebih banyak dan merata kedalam ruangan
Udara di dalam ruangan
harus selalu diganti oleh udara segar karena udara di dlaam ruangan ini banyak
mengandung CO2 (karbondioksida) hasil aktivitas penghuni
ruangan seperti bernapas, merokok, menyalakan lilin,memasak, dan sebagainya.
Sementara itu, udara bersih yang dimasukkan ke dalam ruangan adalah udara yang
banyak mengandung O2 (oksigen).
Dalam system cross ventilation ini dikenal dua macam bukaan,
sebagai berikut :
· Inlet,
merupakan bukaan yang menghadap ke arah datangnya angin sehingga berfungsi
untuk memasukkan udara ke dalam ruangan.
· Outlet, merupakan bukaan lain di
dalam ruangan yang berfungsi untuk mengeluarkan udara.
Bukaan yang dimaksud di
atas dapat berupa lubang angin, kisi-kisi, jendela yang bias dibuka, pintu yang
senantiasa terbuka atau pintu tertutup yang bias mengalirkan udara (misalnya
pintu kasa atau pintu berjalusi.
Agar
ruangan dapat teraliri udara secara optimal maka perletakan bukaan harus
disesuaikan dengan arah datangnya angin. Perletakan/posisi bukaan inlet dan outletdalam
system cross ventilation dapat dibedakan menjadi dua jenis,
sebagai berikut. Ø Posisi diagonal (cross). Bukaan inlet dan outlet
diletakkan dengan posisi ini apabila angin dating secara tegak lurus (perpendicular) ke arah bukaan inlet.
Ø Posisi
berhadapan langsung. Bukaan inlet dan outle tdiletakkan
pada posisi ini mana kala angin dating bersudut/tidak tegak lurus (obligue)
ke arah bukaan inlet.
Namun ada kalanya
perletakan bukaan ini tidak dapat disusun seperti teknik di atas. Hal ini
mungkin terjadi karena bidang yang mengarah ke luar tidak saling berhadapan.
Disamping itu, sebab lain yang mungkin timbul adalah faktor keterbatasan lahan
sehingga ruang tersebut hanya memiliki satu bidang saja yang menghadap kea rah
luar bangunan. Pada kondisi-kondisi semacam ini, cross ventilation tetap
dapat dilakukan yaitu dengan menambahkan sirip-sirip vertikal di tepi bukaan
sebagai pengarah udara untuk masuk atau keluar ruangan. Sirip-sirip vertikal
ini bisa terbuat dari batu bata, kayu, maupun beton.
Pada inlet dan outlet secara
vertikal juga harus diperhatikan. Posisi inlet yang lebih
rendah daripada outlet akan mengalirkan udar pada ketinggian tubuh
manusia sehingga tubuh manusia bias merasakan kesejukan dari udara tersebut.
Sebaliknya, posisi inlet yang lebih tinggi daripada outlet justru
akan membuat aliran udara hanya menjangkau sebagian kecil tubuh manusia bagian
atas sehingga kesegaran tidak dapat dirasakan penghuni rumah tersebut.
Detail pemasangan bukaan
juga harus diperhatikan agar diperoleh cross ventilation yang
sempurna. Posisi bukaan penangkap udara (inlet) sebaiknya berada pada
ketinggian aktivitas manusia, yaitu sekitar 0,5-0,8 m, sementara bukaan outlet
sebaiknya dibuat lebih tingggi karena udara yang akan dikeluarkan dari
ruangan itu adalah udara yang panas dan udara yang panas selalu berada di
bagian atas ruangan.
Alternatif lain perletakan outlet adalah pada atap apabila menggunakan atap bertipe jack roof. Lubang antara atap induk dengan atap ‘topi’ pada jack roof dapat diberi kisi-kisi sebagai bukaan keluarnya udara (outlet). Posisi outlet pada atap inilebih efektif untuk mengeluarkan udara panas yang banyak berkumpul di bagian atas ruangan tersebut.
Dimensi atau kecepatan
aliran udara dari bukaan inlet dan outlet juga
harus diperhatikan. Jika bukaan inlet memiliki dimensi atau
kecepatan aliran udara lebih kecil daripada bukaan outlet maka
kecepatan aliran udara di dalam ruangan akan meningkat 30% dari kecepatan udara
di luar ruang. Namun, jika bukaan inlet memiliki dimensi atau
kecepatan aliran udara lebih besar daripada bukaan outlet maka
kecepatan aliran udara di dalam ruang akan turun 30% dari kecepatan di luar
ruangan.
Dari
kedua tipe dia atas, pemilihan dimensi bukaan inlet yang lebih kecil dari
bukaan outlet atau memakai dimension yang sama besar namun
dengan model yang berbeda
(kemampuan alir udara berbeda) lebih direkomendasikan.
Menurut cara membukanya,
ventilasi alami ada 2 macam. Yaitu ventilasi alami yang terbuka permanen,
ataupun ventilasi alami temporer yang dapat dibuka dan ditutup. Sebaiknya,
sebuah rumah mempunyai keduanya. Ventilasi permanen untuk menjamin pertukaran
udara minimal setiap hari, ventilasi temporer untuk
difungsikan apabila memerlukan kondisi penghawaan yang lebih baik, misalnya
ketika jumlah penghuni rumah sedang banyak, atau ketika cuaca sangat panas.
2.4.1. Jenis ventilasi
1.
Jendela biasa.
2.
Jendela boven. Boven biasanya berada
di atas kusen, bisa menjadi satu atau terpisah. Boven ada beberapa macam, ada
boven yang mempunyai daun seperti jendela biasa, ada boven yang diisi dengan 2
bilah kaca yang menyisakan celah udara di antaranya seperti yang banyak dipakai
di kamar mandi, atau boven yang yang diisi dengan ram kayu. Ram kayu berguna
untuk faktor keamanan, yaitu supaya tidak ada orang yang bisa menerobos masuk
melalui lubang boven.
3.
Jalusi/krepyak. Adalah bilah-bilah
kayu yang terpasang permanen di kusen. Celah-celah di antara bilah-bilah inilah
yang akan menjadi lubang untuk aliran udara alami.
4.
Kaca naco. Kaca naco adalah
jendela yang kacanya dibagi menjadi beberapa segmen dan mempunyai mekanisme
yang bisa digerakkan membuka dan menutup. Kaca naco mempunyai kelemahan berupa
faktor keamanan yang tidak terlalu baik. Selain itu, kaca naco termasuk kurang
ekonomis.
5.
Loster. Loster adalah sebutan untuk ornamen yang mengisi lubang
ventilasi di dinding. Kegunaan loster sama seperti ram, yaitu untuk memperkecil
ukuran lubang karena faktor keamanan. Loster sendiri terbuat dari berbagai
macam bahan :
§ Loster kayu. Seperti
halnya kusen, loster kayu memerlukan finishing. Finishing loster kayu bisa mempergunakan cat kayu, politur, atau melamin.
§ Loster beton. Biasanya
berharga paling murah. Loster beton pun mempunyai kualitas yang bermacam-macam.
Ada yang halus, ada yang kasar. Ada yang mempunyai satu sisi, ada yang
mempunyai 2 sisi. Loster beton terbuat dari campuran semen, air, dan pasir yang dipress. Kekuatan
loster beton tentu tergantung kekuatan dan banyaknya semen yang menjadi
campurannya. Finishing loster beton biasanya hanya menggunakan cat tembok
biasa.
§ Loster keramik. Loster
keramik cocok bagi rumah yang bergaya unik dan etnik. Loster keramik tidak
memerlukan finishing lagi.
§ Loster tanpa pengisi.
Ada juga loster yang hanya merupakan lubang di tembok saja, dan tidak diisi
dengan bahan pengisi apapun. Syaratnya adalah lubang tersebut tidak mempunyai
lebar lebih dari 15 cm. Pertimbangannya adalah faktor keamanan.
§ Oleh Texas Engineering Experiment
Station, telah dilakukan penelitian tentang ventilasi silang dengan hasil
sebagai gambar-gambar di bawah ini:
§ a. Tak ada arus, karena
tak ada jalan keluar.
§ b. Lubang keluar sama
luas dengan lubang masuk. Arus ventilasi yang terjadi baik untuk daerah
kedudukan tubuh manusia. Lebih baik bila lubang keluar diperluas lagi.
§ c. Lubang masuk tinggi
lubang keluar rendah, tidak baik, karena menimbulkan daerah udara-mati di bawah
lubang masuk, yang justru merupakan tempat yang balk dan dibutuhkan oleh tubuh
manusia
d. Lubang-lubang luas, ventilasi baik sekali.
d. Lubang-lubang luas, ventilasi baik sekali.
§ Penambahan lubang
keluar, memperbaiki situasi pada daerah tubuh manusia.
§ e. Pada lubang masuk
diberikan semacam overstek dan angin langsung keluar lewat lubang sisi keluar.
§ f. Pada sisi keluar
ditambahkan satu lubang di bagian bawah, dan terjadilah perbaikan aliran udara
pada daerah tubuh manusia.
§ g. Dengan melepas
sedikit overstek, aliran udara menjadi lebih baik lagi.
§
h. Dengan kasa-kasa ventilasi dapat lebih diperbaiki lagi.
b.
Barier System
Barier
pada penghawaan disebut juga penghalang untuk mengurangi volume udara panas
yang masuk kedalam rumah. Cara ini dilakukan salah satunya dengan menggunakan
barier yang berupa tanaman pada sisi rumah, kadar panas yang dibawa oleh udara
menuju rumah dapat berkurang karena sebagian udara panas tersebut diredam oleh
barisan pepohonan pada sisi rumah.
c.
Elemen Air (Kolam)
Adanya
elemen air, baik di luar maupun didalam area rumah dapat menanambah kesejukan
hunian, karena udara panas yang berasal dari luar bangunan direndam dengan
udara dingin yang dihasilkan dari elemen air tersebut sehingga mampu
mendinginkan ruangan.
d.
Plafon
Plafon
dapat menahan udara panas yang datang dari atas atau atap. Semakin tinggi jarak
langit-langit dengan lantai, akan menambah kesejukan didalam rumah karena
adanya cukup ruang untuk perputaran dan pertukaran udara.
e.
Secondary Skin
Secondary
skin atau
selubung/kulit bangunan yang kedua, dapat
menambah lama waktu panas masuk
kedalam rumah dan dapat
menghindari percikan air hujan. Ada berbagai material yang dapaat digunakan
sebagai secondary skin, salah satunya penggunaan material batu
alam.
2.5. Strategi desain
guna memaksimalkan penghawaan alami
1.
VENTILASI SILANG (CROSS VENTILATION)
Sistem
ini meletakkan bukaan pada arah yang berhadapan, sehingga terjadi pertukaran
udara dari dalam keluar bangunan. Efektivitas tercapai dari ukuran bukaan (inlet-outlet),
hasilnya adalah adanya peningkatan kecepatan udara dan turunnya suhu
ruangan.
Key Architectural Issues:
Ventilasi
silang yang sukses membutuhkan sebuah bentuk bangunan yang memaksimalkan
eksposur ke arah angin yang berlaku, menyediakan untuk inlet yang memadai
daerah, penghalang internal yang minimal (antara inlet dan
outlet), dan menyediakan untuk area
outletyang memadai. Pertimbangan peletakan bukaan memperhatikan juga
sumber kebisingan.
Prosedur Desain:
a. Pengaturan
peletakan bukaan (inlet-outlet) dalam ruangan, sumber panas
terbesar dalam ruang harus didekatkan dengan outlet.
b. Memperkirakan
beban pendingin untuk ruangan (heat gain for space).
c. Memperhatikan
beban pendinginan pada tiap lantai.
d. Menentukan
besarnya daerah inlet , dibebaskan dari serangga, adanya
pemberian shading.
e. Tentukan
daerah inlet sebagai persentase dari luas lantai.
f. Meletakkan
arah-arah inlet-outlet pada persimpangan yang tepat, sesuai dengan kecepatan
pergerakan udara.
g. Membandingkan
kapasitas dengan kebutuhan.
h. Memperbesar
dan memperkecil ukuran inlet guna menyesuaikan dengan kebutuhan pendinginan
dalam ruang.
2.
VENTILASI PASIF (STACK VENTILATION)
Sistem
ini menggunakan strategi pendinginan pasif yang mengambil keuntungan
stratifikasi suhu.
Prinsip
penting adalah :
a. Udara
panas akan naik keatas.
b. Lingkungan-pertukaran
udara.
Untuk
mengefektifkannya (yaitu menghasilkan aliran udara yang besar), perbedaan
antara suhu udara ambien indoor dan outdoor harus
setidaknya 3 ° F [1,7 ° C]. Perbedaan suhu yang lebih besar dapat menyediakan
lebih sirkulasi udara yang efektif dan pendinginan. Salah satu cara untuk
mencapai perbedaan suhu lebih besar adalah untuk meningkatkan ketinggian tumpukan
tumpukan – semakin tinggi, semakin besar stratifikasi vertikal suhu.
Key Architectural Issues:
Stack perlu menghasilkan perbedaan suhu yang besar antara udara keluar dan
udara masuk. Tumpukan cenderung zona "blur"
termal mendukung ruang yang lebih rendah padaventilasi"rantai"-dengan
katalain, memberikan pergerakan udara lebih (ventilasi) pada tingkat yang lebih
rendah dari tumpukan stack.
Prosedur Desain:
a. Meninggikan
bangunan, diberi ventilasi pada bagian atas bangunan (2 kali puncak tertinggi bangunan).
b. Menentukan
ukuran bukaan stack yang tepat pada area bawah dan atas, inlet-outlet.
c. Menentukan
ukuran bukaan sesuaikan dengan kebuhan ruang, lihat padagrafik.
3.
EVAPORATIVE COOL TOWERS
Sistem
ini menggunakan asas langsung evaporative pendinginan dan downdraft tuntuk
pasif mendinginkan udara luar panas kering dan bersirkulasi melalui
sebuah bangunan.
Udara
kering panas terkena air di puncak menara. Seperti air menguap ke udara
di dalam menara, suhu udara turun dan
isi kelembaban meningkat udara; udara lebih padat yang dihasilkan tetes menuruni
menar ada keluar dari pembukaan dipangkalan.
Secara
teoritis udara yang muncul dari proses penguapan akan memiliki suhu bola kering
sama dengan suhu wet bulb. Dalam aplikasi praktis hasil proses
dalam suatu bola kering suhu yang adalah sekitar 20 sampai 40% lebih tinggi
dari wet bulb (Givoni 1994). Evaporative kinerja menara
adalah tergantung pada wet bulb depresi (perbedaan antara suhu bola kering dan
basah udara). Semakin besar depresi wet bulb semakin besar
potensi perbedaan antara suhu udara ambien di luar ruangan dan suhu dari udara
dingin keluar menara. Tingkat aliran udara dari dasar menara dingin tergantung pada
depresi dan wet bulb desain menara-khususnya ketinggian menara dan daerah
bantalan dibasahi di puncak menara.
Key Architectural Issues:
Menara evaporative bekerja
efektif dengan rencana lantai terbuka yang memungkinkan pendinginan udara
beredar di seluruh interior tanpa terhambat oleh dinding atau partisi. Menara
dingin tidak mengandalkan angin untuk sirkulasi udara dan membutuhkan masukan
energi minimal. Menara ini memang mengharuskan bahwa bantalan menguapkan akan
terus disimpan basah dan meningkatkan relatif kelembaban udara ambien. Menara
juga melibatkan aliran udara yang cukup besar volume- nya.
Prosedur Desain :
a. Membangun
kondisi desain.
b. Cari
suhu udara keluar perkiraan untuk menentukan kelayakan.
c. Menentukan
tingkat aliran udara yang diperlukan. Tentukan jumlah aliran udara keluar (pada
suhu bola kering meninggalkan) yang diperlukan untuk mengimbangi beban
pendinginan ruang / bangunan yang masuk akal.
4.
NIGHT VENTILATION OF THERMAL MASS
Sistem
ini mengambil keuntungan dari sifat kapasitif bahan besar untuk mempertahankan kenyamanan suhu ruang.
Massa bahan suhu udara moderat mengurangi ayunan ekstrim bolak suhu panas dan
dingin. Pada siang hari, saat suhu hangat dan radiasi matahari dan beban
internal yang bertindak untuk meningkatkan suhu interior, massa bangunan menyerap
dan menyimpan panas. Pada malam hari, saat suhu udara luar yang
dingin, udara luar disirkulasikan melalui panas bangunan. Udara panas yang
diserap selama siang hari dilepaskan dari massa udara dingin ke beredar melalui
ruang dan luar ruangan kemudian dibuang. Siklus ini memungkinkan massa untuk
melepaskan, memperbaharui potensi untuk menyerap lebih panas hari
berikutnya. Selama bulan bulan dingin massa yang
sama dapatdigunakan untuk membantu memberikan udara panas secara pasif.
Keberhasilan
dari strategi ini sangat bergantung pada iklim setempat. Perbedaan suhu harus
besar (sekitar 20 ° F [11 ° C]). Tinggi suhu siang hari (dan / atau matahari
beban dan keuntungan panas internal) menghasilkan beban pendinginan. Suhu malam
hari rendah dapat menyediakan panas yang tenggelam (sumber coolth).
Massa termal menghubungkan dua kondisi sepanjang waktu.
Key Architectural Issues:
Karena
strategi ini bergantung pada aliran udara luar yang luas seluruh bangunan,
penataan ruang bangunan penting untuk yang kebaikan desain
yang diinginkan, terutama pada ventilasi alami yang akan memberikan airflow.
Prosedur Desain :
a. Menentukan
potensi ventilasi malam massa termal untuk diberikan lokasi.
b. Memperoleh
data iklim dan menghitung udara dalam ruangan serendah mungkin suhu. Cari udara
musim panas desain bola tertinggi kering suhu (DBT), kisaran rata-rata suhu harian untuk lokasi
proyek, dan menghitung suhu terendah DB.
c. Perkiraan
suhu terendah massa.
d. Hitung
kapasitas penyimpanan massa termal.
e. Tentukan
persentase dari panas yang tersimpan yang dapat dihapus padamalam hari.
f. Menentukan
tingkat ventilasi yang diperlukan untuk mendinginkan termal massa termal pada
malam hari.
g. Bandingkan persyaratan ventilasi dengan kebutuhan
desain lainnya.
5.
EARTH COOLING TUBES(COOL TUBES)
Sistem
tabung pendingin ini digunakan untuk mendinginkan ruang dengan
membawa udara luar ke dalam ruang interior melalui pipa bawah tanah
atau udara tubes. Efek pendinginan tergantung pada
keberadaan perbedaan suhu antara udara luar dan tanah di kedalaman
tabung.
Key Architectural Issues:
Tabung pendinginan bumi ini perlu dibangun dari tahan lama,
kuat, tahan terhadap korosi, dan efektif biaya, menggunakan bahan seperti
aluminium dan plastik.
Ukuran dari tabung mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. kondisi tanah setempat,
b. kelembaban tanah,
c. tinggi tabung,
d. faktor site sekitar.
Untuk
mengoptimalkan kinerja pendinginan tabung harus dikubur setidaknya 6 ft [1,8 m]
dalam. Bila mungkin tabung harus ditempatkan dalam teduh lokasi.
Prosedur Desain :
a. Menentukan
suhu tanah pada saat musim panas.
b. Decide on the desired
outflow air temperature from the earth tube (TOUTFLOW).This will be the supply
air temperature (which must be severaldegrees lower than room air temperature)
if the earth tubeinstallation is handling the entire cooling load
(not common orrecommended). If the earth tube is precooling air for an
airconditioning system a higher exiting temperature would be acceptable.
c. Menentukan
karakteristik kelembaban tanah.
d. Perkiraan
beban pendinginan untuk instalasi tabung bumi.
e. Tentukan
panjang tabung bumi yang diperlukan.
6.
EARTH SHELTERING
Sistem
ini meletakkan bangunan di bawah tanah, pada dasarnya adalah implementasi pasif
dari prinsip tanah yang mendasari sumber pompa panas, dalam tanah
menyediakan lingkungan hangat di musim dingin dan lingkungan yang dingin di
musim panas, jika dibandingkan dengan atmosfer lingkungan di atas tanah.
Hal
yang perlu diperhatikan adalah sistem struktur, waterproofing, dan
sistem insulasi pada desain.
Selain
mengurangi suhu ekstrem, penutup tanah juga dapat menghasilkan waktu yang cukup
lama tertinggal pengalihan suhu terendah dari pertengahan musim dingin dan ke
musim semi dan tertinggi suhu keluar dari musim panas dan musim gugur. Sistem
ini mampu untuk menahan api dan angin kencang.
Key Architectural Issues:
Mampu
menghemat energi pendingin dan pemanas ruang, karena mampu menyetabilkan suhu
dalam ruang, kemudian karena letak bangunan yang terselubung, maka mampu
menahan adanya kebisingan dari area luar bangunan.
Prosedur Desain :
a. Menganalisis
situs, mempertimbangkan pola-pola drainase alam, ada vegetasi, akses matahari,
pola angin aliran, mikro, dan kondisi bawah permukaan.
b. Pilih
sistem struktural.
c. Pilih
strategi waterproofing yang sesuai.
d. Perhitungan
yang tepat, mengenai luasnya bagian bangunan yang tertutupi oleh tanah.
e. Menggunakan
sistem penghijauan pada dalam dan luar bangunan yang tepat.
7.
ABSORPTION CHILLERS
Sistem
ini tidak menggunakan energi listrik dalam jumlah berlebih, tenaga yang digunakan
bisa dari air panas maupun uap panas. Air
mengalir melalui proses empat tahap, yaitu penguapan,
kondensasi, penguapan, penyerapan panas yang bergerak sebagai bagian
integral dari lithium bromide process.
Key Architectural Issues:
Menara
pendingin yang digunakan dengan pendingin serapan cenderung lebih
besar dariyang digunakan dengan system kapasitas sebanding
uap kompresi. Ruang eksternal untuk menara pendingin harus dipertimbangkan
selama skematik desain. Sebuah kualitas sumber air, seperti danau atau baik,
dapat digunakan sebagai pengganti menara sebagai penyerap untuk
energi.
Prosedur Desain :
a. Menentukan
area mana yang akan didinginkan.
b. Memperhitungkan
beban pendingin yang diperlukan.
c. Memperhatikan
persyaratan ruang chiller.
d. Memperhatikan
area mekanik untuk mengadakan absorbtion chiller.
Penghawaan Alami
Reviewed by Kriya Studio
on
20.56
Rating:
thx ma men,, terbantu...
BalasHapusini penulisnya siapa ya? terimakasi
BalasHapus